2

Babak penyisihan English Debate Competition PIMITS 13

Diketahui:
Perwakilan batalyon 2007: Agung Laksono
Perwakila batalyon 2008: Nashrul Millah, Lailatul Sa’adah, Erliyah Nurul Jannah
Perwakilan batalyon 2009: Khoiru Juhdi Siregar, Aldi Reza, Nur Mu’alifah, Anik Hanifatul Azizah, Evi Rahmawati
Waktu: 17-18 April 2010
Tempat: Teater B dan sekitarnya
Pertarungan: Babak Penyisihan English Debate Competition PIMITS 13
Tipe debate: Australian Debate
Ditanya:
who, when, why, where, how ?????
Jawab:
Kursi-kursi berderet rapi berpasang-pasangan, diselingi oleh satu meja besar tiap pasangnya. Terhitung sebanyak 8 paket tempat duduk yang biasa digunakan mahasiswa yang sedang senggang sekedar melepas lelah dari getirnya kehidupan kampus yang tugasnya cukup mencekik. Tapi malam itu, mencoba mengusik pemandangan yang biasa-biasa saja, sekelompok botjah yang menamakan dirinya “debaters” tengah sibuk dengan diskusi yang terlihat cukup serius. Dan ternyata
0

Impresi Pulau Madura

Kalo denger kata "Madura", beberapa hal bakal melintas dikepalaku.

Yang pertama: Jembatan Suramadu. Baru dua kali saya kesana. Yang pertama karena benar-benar harus menyebranginya menuju Sumenep, ujung pulau Madura. Yang kedua iseng jalan-jalan sama arek-arek, nyobain nglewati Suramadu naik motor malem-malem. Ndesoni asli. Tapi lampunya emank ciamik kalo malem tu (inceran utama). Plus anginnyaaaa....kuenceng puol rek... he ndeso-nya keluar dua kali. Sampai terakhir aku kesana, jembatan belum jadi sepenuhnya, terutama untuk jalur sepeda motor arah balik Madura - Surabaya.



Yang kedua: partner bisnis ku. Wafy namanya. biasa dipanggil engkong / cong / wapi (temen sunda ni teh yang manggil he). Satu yang gw heranin dari tu anak. Kalo orang makan ayam ato daging lain nyari dagingnya, dia mah nyari tulangnya (kaga doyan daging mode on). Dan usut punya usut beberapa teman Madura ku juga ndak suka daging. Lha kok satu pulau satu hati hehe.
 

Yang ketiga: nuansa Islaminya kuentel cak. Sepanjang jalan besar yang dilalui, dari ujung Madura barat hingga Madura timur. Setiap dua atau tiga meter (saya lupa) ada papan dari besi dicat hijau bertuliskan ASMAUL HUSNA. Subhanallah. Seakan sepanjang jalan kita diingatkan akan keberadaan-Nya sehingga meminimalisir maksiat yang mungkin dilakukan (mungkin begitu maksudnya). Bukan itu saja, sempet nangkep sekilas juga papan kayu dipakukan disebuah pohon dengan tulisan 

"Alhamdulillah, akhirnya telah didirikan Pom Bensin di tempat ini". 

Kembali saya mengucapkan "Subhanallah". Saya yang terbiasa di kota dengan segala hedonismenya, yang bagi saya dan orang lain mungkin pembangunan suatu SPBU di dekat tempat kita itu biasa saja. Tapi mereka, masyarakat Madura dapat dengan lugas mengejawantahkannya dalam rasa syukur karena mereka menyadari bahwa hal tersebut juga termasuk karunia dari Allah SWT.

 
Sayang waktu berkunjung saya disana terpotong jadwal kuliah yang sudah menunggu keesokan harinya. Jadi belum bisa mengeksplor lebih jauh... hmm...

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram" (Q.S. Ar Ra'd: 28)

0

Hampir ketinggalan kereta di Stasiun Gubeng

Karena ada yang request buat numpahin tulisan ini ke blog, ok deh, sekalian tulisan pembuka dari mati suri yang cukup lama (saking lamanya ga nulis, reset password sampai dua kali 😂)

The story's begii.....n

(3 hari sebelumnya)
Semalem dapet SMS dari temen yang minta anter ke stasiun coz dia mau pulang. Berhubung gw supir ojek dadakan yang bae ati, oke laaah let's go!
Subuh-subuh dah da 1 sms nangkring di inbox, ealah jeng pagi bener... lha ya maklum keretanya brangkat jam 6 kug. Okelaaah. cuci muka - wudhu - sholat - berkaca sebentar - pergi keparkiran ambil motor - cabuuutttt...
"Jam berapa?" kata gw sambil nunggu lampu merah luntur jadi ijo
"Jam enam kurang" kata penumpang dibelakang gw
"ohhh" santaiii masih lama (batin ku) toh asrama ITS - gubeng juga segitu-gitu aja jaraknya dari dulu (lhaa yaa emang, loe kate mao molor tu jalan?! berabe dah)
.....wuzzzzzzzzzzzzz......
akhirnya sampai juga di gubeng. tapi kok......
Back to Top