Showing posts with label deep read. Show all posts
Showing posts with label deep read. Show all posts

Love from the past 10 years

www.pinterest.com

"Mas...mas...puisi nya yang dulu itu
0

ahlan wa sahlan 'Ali

-->
Paragraf awal baca, gw ga sabar liat ending nih cerita. Tapi ga seru juga kalo langsung balik ke halaman terakhir. So ikutin aja alurnya, malah justru di situ gregetnya… cekidot…capcus….buzzz…
Ada rahasia terdalam dalam hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi ang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaq-nya tak diragukan; Abu Bakar Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ‘Anhu.
                ‘Ali merasa diuji karena terasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi?
0

ILMU vs HARTA

beberapa waktu lalu gw sempet dengerin radio yang mbahas keutamaan ilmu dibanding harta... dari awal acara gw udah tertarik, cocok lah buat bentuk-bentuk mahasiswa kaya gw ne wat ningkatin motivasi belajarnya... si narasumber bilang ada 40-an poin keutamaan si ilmu dibanding harta, cuman gara-gara alokasi wat acara ntu dikit aja, yang kesampein cuman 10 poin...penasaran, gw googling aja sisanya. sesi dibawah ne hasil searching-an gw dari internet, tapi masie blon lengkap juga... lumayan lah ketimbang ndak sama sekali. cekidot langsung aja... ^_^

-->
1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.

2. Ilmu selalu menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta harus selalu menjaga hartanya.


3. Ilmu berkembang bila dibagikan, tidak akan binasa, sedangkan harta akan habis bila dibelanjakan,habis karena masa dan usia.


6

10 kriteria pendamping hidup ala MCDM

-->
salah satu mata kuliah pilihan yang saya ambil semester ini adalah multi criteria decision making. dari namanya sudah tergambar jelas pelajaran apa yang dapat digali dari kuliah ini. ya, bagaimana kita memutuskan seberapa besar kontribusi dari variabel-variabel yang menyusun nilai tujuan yang ingin kita capai, dengan tetap mempertimbangkan batasan-batasan resource yang tersedia. banyak hal saya dapatkan dalam kuliah ini, tentang teknik-teknik pembobotan untuk beberapa kriteria keputusan, teknik penyelesaian ketika kita dihadapkan pada dua tujuan yang harus sama-sama harus dicapai namun dengan resource terbatas (dalam kasus ini muncul istilah trade-off), banyak materi lainnya, dan tentunya yang tidak kalah ngetren adalah tugas yang muncul disetiap akhir perkuliahan.

saya masih ingat betul tugas yang diberikan pada minggu ketiga perkuliahan. tugas yang unik. sebuah aplikasi
0

Apa yang akan kau lakukan dengan uang 1M ditangan ?

Pertanyaan itu muncul ketika saya dan 50(an) mahasiswa lainnya mengikuti kuliah tamu "Pengantar Technopreneurship" Jum'at kemarin di lantai 2 perpus pusat ITS. Pembicara adalah alumni jurusan Teknik Kimia yang sekarang berkecimpung di PT People Development. Bidang yang sarat dengan hubungan manusia-manusia, motivasi internal eksternal dan lain sebagainya.

Pada pertengahan kuliah beliau menantang mahasiswa untuk dapat berpikir cepat dan diluar batas. Beliau memberikan waktu 15 menit bagi kami mahasiswa untuk menuliskan sebanyak-banyaknya mengenai hal apa saja yang akan dilakukan seandainya kami memiliki uang 1 Miliar rupiah ditangan.
3

Trade-off yang (jangan sampai) mematikan

Ya, jangan sampai anda membaca judul di atas tanpa kata-kata yang ada didalam kurung, bakalan jadi "trade-off yang mematikan". whups, jangan sampai ! ! !

Tunggu tunggu tunggu, trade-off tu apa ya? Definisi terikat yang saya kutip dari bapak ibu dosen dikelas bahwa 

trade-off adalah suatu keadaan dimana kita dihadapkan pada beberapa pilihan, dimana ketika kita ingin memaksimalkan suatu pilihan akan mengorbankan ketercapaian maksimal dari pilihan lainnya. 

Contoh favorit saya baru-baru ini adalah: pilih mana, pria yang good looking tapi semena-mena atau pria dengan tampang standard tapi setia. Contoh lain ketika ingin berbelanja online: suatu produk yang sama pada seller A harganya lebih murah daripada seller B, akan tetapi ongkos kirimnya lebih mahal. Mana yang akan kau pilih? Karena naturalnya tidak ada yang sempurna didunia. Semua terkena hukum trade-off yang memungkinkan manusia memiliki pilihan lebih dari satu.



Hmm, dalam tradisi kamus istilah saya, saya lebih suka membebaskan
0

Tenang hati oleh dua perkara (sebuah puisi)

Ditenangkan hati oleh dua perkara
Amal shaleh
Dan sahabat yang setia

Tidak mengukir sepi ketika tiada
Karena sudah terpatri satu jiwa raga
Tempat mematri skenario kepercayaan
Lahir dari bening tanpa pamrih

Berkawan bukanlah pemilihan
ditujukan pada satu rasa
kekuatan persaudaraan yang kekal
bukan kekecewaan yang membisu setelahnya

Lagi-lagi, di Surabaya

0

Makna dibalik cerita Teko dan Isinya (Kajian Rutin MSI Ulul 'Ilmi oleh mas Marzuki Imron)

Baru saja sore ini saya mendapatkan apa yang disebut orang sebagai "pencerahan", tapi saya mengatakan ini sebagai "penyembuhan".

Ya... ga salah... ga buang-buang waktu ataupun tenaga ketika dalam selang waktu satu setengah jam (dan sungguh waktu terasa cepat sekali berlalu) mengikuti sebuah KANTIN (KAjiaN ruTIN) yang diadakan MSI ULUL 'ILMI TI ITS dan dipembicarai oleh mas Imron tentang makna dibalik hari raya Idul Adha. peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, aku pun tak akan menyalahkan mereka yang menggebu-gebu seperti itu karena memang si pembicara dapat membawakan materi yang sepertinya berat bagi orang awam, menjadi sesuatu yang mudah dipahami. point yang masih saya ingat karena cukup menancap dihati dan pikiran (hahay lebay na) yaitu ketika
2

kalaulah penyair ...

Kalaulah penyair berpanjang tangan dengan kata,
maka ilmuwan berpanjang angka dengan rumusnya
Kalaulah petani berpanjang tangan dengan padi dengan sawahnya,
maka menteri berpanjang urusan dengan kedudukannya
Kalaulah pelajar berpanjang riang dengan tugasnya,
maka pengamen berpanjang asa dengan gitar bututnya
Aku bukan penyair, bukan pula pengamen,
atau petani, bahkan pelajar,
terlebih ilmuwan, apalagi menteri.
Aku sebagai diriku, bebas dalam ber”aku”.
Berpanjang dalam asa atau tugas,
Berpanjang dalam padi atau muka,
Berpanjang dalam angka atau kata,
Berpanjang dalam urusan atau riang.
Berlarilah menembus batas, dan rasakan kau tak biasa.

Surabaya, ditengah maraknya tugas kuliah

Back to Top