0

Menulislah, jika kau ingin dikenang

Acara rutin tahunan yang mengikuti Hari Raya Idul Fitri, apalagi kalau bukan Halal Bi Halal atau reuni. Hari Ahad kemarin saya bersama suami berkesempatan menghadiri reuni alumni teman seangkatan suami saya ketika dia SMA dulu. Kami datang agak siang karena ada keperluan sebelumnya. Sesampainya disana, acara pengundian doorprize tengah berlangsung. Kami yang baru saja datang langsung diberikan stiker sekaligus tertulis nomor undian dibelakangnya.

Dalam hati saya berkata, selama ini jarang -bahkan hampir tidak pernah- saya dapat doorprize, jadi saya tidak berharap banyak. Niat saya untuk silaturahim dan menambah teman ditempat perantauan ini. Ndilalah, ketika saya sibuk research materi untuk postingan saya di IG, teman didepan saya bilang "Mbak, nomormu kan itu?", sambil dia melirik stiker yang saya geletakkan begitu saja didepan saya. Saya gelagapan saking seriusnya dengan penelitian saya, celingak celinguk. Akhirnya teman saya membantu memastikan benarkah nomor yang dipanggil punya saya? Ternyata benar. Saya mendapatkan voucher belanja Indomaret. Alhamdulillah.

Selesai acara, ternyata suami menawarkan saya untuk mampir kerumah temannya sekalian badan. Disana sudah banyak teman lain yang berkumpul. Memang sejak punya suami dan merantau kesini saya jadi realize kalau ternyata yang doyan ngobrol tidak hanya perempuan, tapi juga lelaki. Apalagi kalau ditambah suguhan kopi dan cemilan. #geleng-geleng. Waktu itu saya ngobrol dengan teman baru membahas tentang kehidupan #tsah. Ditengah obrolan dia berkata, "Aku masih inget banget lho sama tulisan suamimu di majalah sekolah dulu. Bahkan sampai sekarang (fyi : kami satu angkatan dan kami lulus SMA tahun 2007). Intinya kata-katanya begini "Selama kamu masih manusia, maka kamu akan terus menghadapi masalah. Kalau sudah tidak punya masalah, berarti kamu sudah bukan manusia."

Wah, saya juga pernah dengar kalimat tersebut, tapi dari source yang berbeda. Hikmah yang dapat saya tangkap dari percapakapan itu adalah, ketika kita menulis, maka tulisan kita akan menyebar ke semua orang yang membacanya, orang yang mendapat cerita dari orang yang membaca, bahkan diera digital sekarang tulisan kita dengan mudahnya melintas kepenjuru dunia. Maka dari itu, sebarkanlah kebaikan dalam tulisanmu. Maka dari itu, menulislah jika kau ingin dikenang.

Pati, 10 Juni 2019. H+5 dari lebaran kesekian ditanah rantau.
0

Seni menemukan masalah dengan cepat, seni menemukan solusi dengan cepat

Siang ini saya mengajar di kelas xi, dengan materi narrative text. Saya akan fokus pada pengembangan writing skill anak-anak. Setelah menjelaskan sekilas bahwa cerita fiksi adalah cerita buah karya imajinasi seseorang, apapun bentuk ceritanya adalah hak penulis. Saya juga memancing siswa untuk menyebutkan genre apa saja yang ada dalam dunia fiksi. Saya ingatkan kembali general structure dari sebuah narrative text, bahwa dalam tulisan yang akan mereka buat nanti harus memenuhi sekurang-kurangnya pola 'orientation-event-reorientation'. Karena ini materi pengulangan dari kelas x, jadi saya merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar. 2 jam pelajaran yang ada akan dimaksimalkan pada praktek menulis.

Siswa saya minta membuat sebuah cerita fiksi bahasa inggris, minimal 1 paragraf. Tidak saya definisikan lebih lanjut berapa kalimat kah dalam satu paragraf tersebut. Saya ingin membantu siswa mengasah daya imajinasi mereka, sisi kreatif mereka. Bahkan memberikan persyaratan 'minimal 1 paragraf' pun rasa-rasanya
Back to Top