0

Seni menemukan masalah dengan cepat, seni menemukan solusi dengan cepat

Siang ini saya mengajar di kelas xi, dengan materi narrative text. Saya akan fokus pada pengembangan writing skill anak-anak. Setelah menjelaskan sekilas bahwa cerita fiksi adalah cerita buah karya imajinasi seseorang, apapun bentuk ceritanya adalah hak penulis. Saya juga memancing siswa untuk menyebutkan genre apa saja yang ada dalam dunia fiksi. Saya ingatkan kembali general structure dari sebuah narrative text, bahwa dalam tulisan yang akan mereka buat nanti harus memenuhi sekurang-kurangnya pola 'orientation-event-reorientation'. Karena ini materi pengulangan dari kelas x, jadi saya merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar. 2 jam pelajaran yang ada akan dimaksimalkan pada praktek menulis.

Siswa saya minta membuat sebuah cerita fiksi bahasa inggris, minimal 1 paragraf. Tidak saya definisikan lebih lanjut berapa kalimat kah dalam satu paragraf tersebut. Saya ingin membantu siswa mengasah daya imajinasi mereka, sisi kreatif mereka. Bahkan memberikan persyaratan 'minimal 1 paragraf' pun rasa-rasanya
sudah mengekang kreatifitas mereka. Alasan saya simple, agar guru nya ini bisa mudah ketika mengoreksi .

Satu syarat lagi yang saya rasa perlu saya tambahkan adalah: cerita yabg dibuat tidak boleh sama satu sama lain. Tentu saja syarat ini untuk mengurangi tingkat percontekan hingga 0%. Mungkin kalau mereka bisa lebih fokus sedikit, mereka bisa 'mengakali'nya dengan menulis cerita yang sama, hanya ending nya dibedakan. Tapi pikiran negatif saya mutlak terbantahkan, ketika satu persatu saya lihat progress tulisan mereka, tidak ada yang sama . Tentulah siswa-siswa saya ini memiliki buah pikirannya sendiri-sendiri dan dengan mudahnya mereka larut dalam cerita yang mereka buat.

Tugas-tugas kreatifitas semacam ini beberapa kali saya terapkan dan ampuh mengurangi jumlah siswa yang tidur dikelas. Bagaimana bisa tidur kalau pikiran mereka dipenuhi dengan geliat imajinasi yang begitu tinggi, yang memaksa untuk segera dituangkan ke atas kertas. Ini adalah semacam rekreasi pikiran, yang mudah, murah, dan praktis.  Walaupun ada beberapa yang masih menapak titian perlahan dalam proses menerjemahkan cerita mereka ke dalam bahasa inggris. Disitulah peran saya membimbing mereka untuk menghasilkan terjemahan yang baik sesuai kaidah grammar dan sebagainya.

Sepulangnya dari sekolah, saya kemudian berfikir. syarat cerita minimal satu paragraf saya maksudkan agar siswa tidak terbebani menulis banyak-banyak. Sedikit pun tak apa, asal mereka mau menulis. Ternyata menulis cerita hanya satu paragraf lebih sulit daripada menulisnya banyak-banyak. Perlu skill tambahan untuk itu: menemukan konflik cerita dengan cepat, kemudian menyelesaikannya juga dengan cepat, tanpa bertele-tele. Mengasah pikiran lebih kritis. Hal ini tentu perlu latihan, tidak bisa dihasilkan secara instan. Itu juga alasan yang mendasari saya menulis blog. Mengasah pikiran menjadi lebih kritis dengan menulis.

Seorang siswa yang sedang bingung memulai ceritanya, bertanya pada saya, "miss, ga nulis juga?". Awalnya saya memang berniat ikut menulis, sebagai tauladan bagi murid-murid. Kesibukan mengecek dan mendorong siswa yang masih bingung membuat saya lupa sejenak. Akhirnya, ketika para siswa mulai tenggelam dengan cerita masing-masing, saya duduk di kursi guru, mengambil secarik kertas, dan mulai menulis satu kalimat. Sama sekali tidak ada rencana sebelumnya akan apa yang hendak saya tulis. Namun setelah kalimat pertama bertemu titik, tiba-tiba jalan cerita mengalir begitu saja. Hanya saya hiraukan sedikit masalah tata bahasa, karena kalau saya pikirkan terlalu dalam, konsentrasi pada jalan cerita bisa pecah. Yang penting saya tulis dulu seadanya, baru kemudian masalah grammar bisa dibenahi kemudian.

Berikut cerita yang saya buat singkat disela kesibukan menanggapi siswa yang bertanya.

Mela was running through the forest. The day was getting darker as the sun went slowly to the west. She kept running with wide-opened eyes. She wiped some sweat on her forehead.

This morning, mela wondered around a beautiful lake near the portland forest entrance. She was looking for a rare flower for her biology assignment. While she was in search for the object, unintentionally she dropped one of her earring. These earring is special for her because it is a gift from her pen pal from Madagascar. The form is like an eagle, symbolize friendship for Madagascar people. Next month, Mela is planning to visit her pen pal. What will she say if she lost that precious gift?

When she was walking near an oak tree, something fell down from the tree. She looked at it, and felt relieved. It was her earring that she was looking for. Apparently, some squirrels found it, and brought it to their nest. They dropped it when playing it.

0 komen:

Post a Comment

Back to Top