dapet dari mana dek?

ada sesuatu yang menggelitik tidak geli. awalnya saya tidak peduli. cenderung memandang sebelah kacamata. tapi kemudian semuanya seakan meruak. memaksa sesungging senyum hadir dilengkung bibir ku. atraksi gerombolan bocah SD yang terpadu dalam barisan marching band, ketika saya menghadiri pembukaan acara pembinaan santri PBSB di Bali awal Februari kemarin. semakin di dengar
komposisi nada-nada itu semakin mengenyangkan gendang telinga yang haus hiburan. pentas mereka mengalir begitu teratur. simponinya merebahkan keangkuhan ku untuk kemudian fokus pada permainan mereka. seakan dipersiapkan sejak berabad lalu. rapi. mereka menjiwai peran mereka disana. dengan durasi pentas yang cukup lama, bagaimana mereka menghafal setiap ketukan pada drum, putaran tongkat mayoret diudara, tutupan jari pada lubang di badan seruling, ketikan tuts putih-hitam pada keyboard, gerakan geser menggeser kaki untuk membentuk berbagai formasi barisan? ya, saya tertarik mengetahui...apa motivasi dibalik kegigihan mereka? sehingga mereka bisa mendedikasikan pertunjukan yang menurut saya patut mendapat two thumbs. tak sengaja perhatian saya teralih pada raut wajah mereka. mencoba mengorek informasi dari sorot-sorot mata itu. ah, sayang...tak seperti dugaanku. mata-mata itu, senyum datar itu, jelas menunjukkan ketegangan. sebuah ekspresi yang jujur. tanpa hiasan senyum palsu. tidak tertangkap ekspresi mereka yang menikmati apa yang mereka lakukan. ah, sekali lagi, mereka hanyalah anak kecil... hanya bisa menurut untuk melakukan ini dan itu...mungkin akan lebih indah ketika mereka menyenangi permainannya dan melakukannya dengan hati...